Total Tayangan Halaman

Kamis, 07 November 2013

Puisi-puisi Religius

ISA
                     Kepada Nasrani Sejati
 
Itu Tubuh
Menguncur darah
Menguncur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh menguncur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka

aku bersuka

Itu tubuh
menguncur darah
menguncur darah
                          Karya: Chairil Anwar






TUHAN TELAH MENEGURMU
                                                         Karya: Apip Mustopo

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anak-anak yang kelaparan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung-raung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang


IBADAT
                 Karya: Muhamad Ali
 Tuhan, tumpuan kasih
matahari merah terluka
dan angin pahit keras menampar
para gembel membagi sedih
sepanjang kaki lima duniawi
diburu selalu dibayangi
nasib pedih melulu bagai telur
dalam rebusan damba abadi

Tuhan,kau adalah bulan
dengan cemburu perawan
sendu sembunyi di balik batu
rindangkan hidup ini
di teduh jerami
nyanyikan lagu kematianku
di seling tingting bunyi kaleng
penanndah kasihMu

Tuhan
langit merajuk hangat
bagai darah domba-domba
tiadakah jalan ini menyusuri sorga
bernazar kami di padang masyhar
berkelakar dalam acuan serupa
rindang jerami bunyi kaleng
asap sorgawi mengepul seantero arsy dupa tingting
 
BIMBANG
                   Karya: Amal Hamzah
Kalau betul Engkau adil
Seperti kata orang itu
Ya Tuhanku

Peminta ini miskin
Hidup melarat
Gelak tiada bersua
Di lapangan muka

Atas kehendakMu
Terjadi sesuatu.

Mungkinkah suka Mu ini:
Dua pancaran cinta
Berlainan sekali?

Kata Mu Engkau
Penyayang lagi lagi pengasih
Mengapakah di antara kami berdua 
Telah tersili?

Kalau atas kehendak Mu
Mungkinkah peminta ini
Menjadi aku, dan aku
Menjadi dia?

Kekasihku, aku tiada tahu permainan Mu,
Mungkin Engkau gembira melihat begini
Tapi bertanya aku, Kekasihku,
Apa mulanya peminta ini
Engkau kutuki demikian rupa

Sedangkan aku Engkau menjakan tiada bermula?
Tuhanku, aku bimbang.... 


HARI NATAL
                         Karya: Subagio Sastro Wardoyo

Ketika Krisstos lahir
Duni jadi putih
Juga langit yang semula gelap oleh darah dan jinah
jadi lembut seperti tangan bayi sepuluh hari
Manusia berdiri dingin sebagai patung-patung mesi
dengan mata termangu ke satu arah
Tak tumpah darah. Kain yang membunuh
saudaranya belum lagi lahir
Semua putih, salju jatuh
Ssst, diamlah. Kristos hadir 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar